0
Saya sengaja memilih topik tentang Stop Loss, karena banyak teman-teman trader, terutama trader pemula (newbie) yang "kapok" menggunakan fasilitas Stop Loss. Kebanyakan menganggap bahwa Stop Loss itu "mempercepat" kerugian dan menganggapnya sebagai biang keladi atas hasil negatif dari open position yang diambil sehingga modal tergerus sedikit demi sedikit. Dengan alasan itulah, banyak yang akhirnya nekad bertrading tanpa Stop Loss. Saya bilang "nekad" karena Stop Loss ini sebenarnya berfungsi seperti halnya rem bagi yang belajar naik sepeda. Bayangkan kalau orang belajar naik sepeda tanpa rem, tentu akan babak belur kan?


Trading tanpa Stop Loss memang sekilas terlihat menggoda, karena kita merasa tidak pernah "salah posisi". Memang secara umum harga biasanya bergerak naik-turun pada range tertentu, jadi ada kalanya memang setelah floating minus akhirnya kita dapet profit juga.  Pada akhirnya banyak temen-temen newbie yang berpikir,"Weh, berarti aman dong? Biarkan saja posisi ter-floating, ntar juga akhirnya profit juga kan?" 

Eits, tunggu dulu! Ada saat tertentu ketika harga kembali pada posisi semula setelah goyang cukup jauh. Memangnya mau, untuk mendapatkan plus 5 pips, sebelumnya floating minus 300 pips dulu? Itu juga kalau masih ada "nasib baik", bisa jadi malah lebih duluan Margin Call yang datang daripada profit. Stop Loss itu dimaksudkan untuk melindungi kita dari kerugian yang terlalu besar.  Jangan sampai kita mengalami "cuma sekali salah posisi". Maksudnya bagaimana? Kan cuma sekali salah posisi? Iya, maksudnya cuma sekali salah posisi trus langsung kena Margin Call, alias abis modal, trus abis itu kapok dan pensiun jadi trader. Hehehe..

Baik, anggaplah kita sudah sepakat bahwa Stop Loss itu memang perlu. Sekarang masalahnya, berapa sih Stop Loss yang tepat? Wah, kalau untuk menentukan berapa point yang tepat, terus terang saya tidak sanggup. Saya cuma bisa menyarankan untuk coba memperhatikan hal-hal berikut:
Cobalah lihat range pergerakan harian dari pair yang kita ambil. Masing-masing pair punya sifat berbeda. Misalnya: kalau untuk EUR/USD, mungkin SL 30 point sudah cukup, tapi kalau untuk GBP/JPY? Wah sebentar saja juga akan tersabet tuh!
  • Alternatif lain, kita bisa memanfaatkan titik parabolic SAR di awal trend sebagai patokan penentuan Stop Loss
  • Atau,  kita bisa memakai level-level pada Fibonacci Retracement sebagai patokan penentuan TP maupun SL
  • Satu hal yang pasti, tetapkan SL sebesar berapa dollar "yang sanggup kita relakan" apabila kita salah posisi
Apa yang saya sarankan di atas itu cuma contoh. Masing-masing trader berhak menentukan nasibnya sendiri. Semuanya tergantung dari trading plan dan indikator yang digunakan masing-masing trader. Oya, ada satu hal lagi yang perlu dipahami sehubungan dengan Stop Loss. Besaran range SL  akan berpengaruh pada derajat keyakinan kita akan keberhasilan pencapaian TP. Maksudnya?

Begini, saya langsung kasih contoh ya, misal hasil analisis kita menyatakan GBP/JPY akan naik sebanyak 50 point. Ok, kita tetapkan TP sebesar 50 point. Terus, bagaimana dengan SL-nya? Apabila kita menentukan SL sebesar 30 point, maka derajat keyakinan kita akan tercapainya TP cuma sekitar misal 40%, alias nggak terlalu yakin TP bakal tercapai. Nah, kalau SL kita tambah menjadi sebesar 50 point, derajat keyakinan naik menjadi misal 50% atau fifty-fifty-lah antara TP atau SL yang kesentuh duluan. Nah, kalau SL kita ditambah lagi, menjadi misalnya 150 point, maka derajat keyakinan kita naik lagi menjadi 100% atau kita yakin 100% bahwa TP akan tercapai karena SLnya cukup jauh untuk kesentuh duluan.

Jadi semakin lebar range SL, semakin tinggi derajat keyakinan kita bahwa TP akan tercapai. Itulah mengapa, banyak trader terpancing untuk melakukan Open Position tanpa SL. Ya iyalah, "pasti" tercapai TP-nya, lah floating negatif sampai ratusan pips juga "dipelihara" dengan TP cuma 5pips! hehehe.. Satu-satunya batasan floating negatif ya cuma available margin. Saya sering bercanda dengan menjuluki trader semacam ini sebagai trader penganut keyakinan Stop Loss = Margin Call.

Yah, sebenarnya ini hak masing-masing trader sih, tapi terus terang, saya sedih melihat banyak teman-teman trader yang berguguran karena kena MC gara-gara trading tanpa SL ini. Saran saya, lebih baik kita segera tahu bahwa kita salah posisi dan cepat-cepat memperbaikinya. Biasanya, kalau sudah terlanjur terfloating minus banyak pips, kita cenderung tidak tega untuk melakukan Cut Loss, malahan pasrah nunggu datangnya Margin Call sambil berharap-harap cemas harga berbalik arah. Yakinlah, hal seperti tidak nyaman.

http://www.seputarforex.com/

Posting Komentar

 
Top